Target untuk olahraga rutin, piknik setiap bulan, aktif di komunitas, menambah pemasukan, dll sepertinya menarik untuk menjadi daftar capaian baru. Tapi apa daya. Ini adalah permasalahan klasik yang terus berulang: rencana yang sudah disusun tidak semuanya terlaksana.
Mark Griffiths, profesor dari Universitas Nottingham Trent, Inggris, menyampaikan bahwa banyak orang gagal mewujudkan resolusinya karena target yang mereka tetapkan terlalu besar dan tak realistis. “Mereka adalah korban sindrom harapan palsu (false hope syndrome), katanya, seperti dikutip theconversation.com. Sebelum membuat target di awal tahun, sudahkah melontarkan pertanyaan ini untuk diri sendiri?
“Mengapa ini penting untuk saya?”
Apapun yang menjadi tujuan, pasti sudah menjawab pertanyaan ‘mengapa ini penting untuk saya?’ Setelah itu, sudahkah ada konsep perencanaan yang disertai dengan tindakan sesuai dengan apa yang dicita-citakan? Untuk mencapai suatu tujuan, kita butuh yang namanya visi dan misi, dan itu bukan hanya milik orang-orang yang akan mencalonkan diri menjadi pejabat, tapi juga tugas masing-masing individu. Mengapa ketika membuat resolusi tahun baru harus mengetahui visi dan misi kehidupan yang dijalani? Karena setiap orang punya tujuan besar dalam hidup. Visi dan misi ini memudahkan kita untuk mencapai tujuan tersebut.
Resolusi dengan Passion, Apakah Sudah Selaras?
Passion adalah hal apapun yang ketika mengerjakannya kita tidak pernah bosan. Untuk membuat resolusi tahun baru sebaiknya disesuaikan dengan passion yang dimiliki agar tetap antusias dalam mencapai target. Resolusi yang dibuat sebaiknya diselaraskan dengan visi misi dan passion. Kalau pun belum menemukan passionnya, setidaknya memiliki tujuan mulia yang diyakini sangat layak untuk diperjuangkan.
Seperti Apa Langkah-langkah Kecil Anda?
Setiap perjalanan jauh dimulai dari satu langkah. Begitu juga dengan proses mencapai target dalam bentuk resolusi tahunan. Langkah-langkah kecil sangat berarti untuk membuat target pencapaian itu tercapai, entah itu untuk urusan pribadi, kerja, hubungan sosial, dan sebagainya. Satu hal yang penting adalah membuat resolusi sebenarnya tidak harus di awal tahun. Kapanpun kita bisa membuat komitmen untuk mencapai sesuatu.
Bagaimana Ukuran Keberhasilannya?
Coba rasakan bedanya ketika bekerja dengan target dan bekerja tanpa target. Itulah mengapa ukuran keberhasilan itu penting dalam membuat resolusi tahunan. Ukuran keberhasilan ini terkait dengan ‘batasan minimal’ keadaan seperti apa kita dikatakan telah berhasil. Intinya, kita mengerjakan apapun harus dengan target yang spesifik. Itulah pertanyaan kepada diri sendiri sebelum menyusun target baru, mudah-mudahan setelah ini bisa ‘menemukan kembali’ diri kita.