Saat harapan meningkat, kebahagiaan tidak ikut meningkat. Saat ekspektasi tidak sejalan dengan realitas, pikiran negatif gampang muncul dalam bentuk rasa kecewa. Contohnya saat kita diuji dengan kegagalan. Atau di saat lain yang sebenarnya kita baik-baik saja, tapi merasa ada yang kurang dalam hidup ini. Inilah mengapa kadang kita merasa bahwa hidup ini terasa sangat tidak mudah, walaupun mungkin keadaan kita sudah lebih baik dibanding diri kita kemarin.
Manusia yang Selalu Meningkat Keinginannya
Saat momen-momen perjuangan keras dalam hidup sudah berhasil diatasi, setelah itu rasa syukur tertanam dalam diri. Tetapi dengan itu, seringkali kebaikan kecil jadi kurang terasa lagi. Momen perjuangan itu juga telah berganti untuk hal-hal lain. Begitulah manusia yang selalu meningkat keinginannya.
Menemukan arah dalam hidup pun akan menjadi lebih menantang, karena memang kita tidak seharusnya menghadapi situasi yang sama. Dengan memahami sebab dan akibat, kita melakukan sesuatu dan kita menjadi lebih baik.
Hati-hati dengan Mindset Anda Sendiri
Apa pun yang Anda yakini dengan terlalu kuat ternyata membawa risiko tersendiri. Kenyataannya, hidup ini dipenuhi dengan hal-hal yang tidak diketahui. Nah, keyakinan pada banyak hal duniawi, bisa menutup pintu untuk mencari kebenaran yang hakiki. Sebagaimana firman-Nya dalam kitab suci bahwa apa yang kita sukai belum tentu baik untuk kita, dan apa yang tidak kita sukai bisa jadi adalah baik untuk hidup kita. Hanya Sang Pencipta yang lebih tahu apa yang kita butuhkan.
Pentingnya Sikap ‘Merasa Cukup’
Punya kendaraan keluaran terbaru? “Pasti ada yang lebih baik, jadi mengapa puas dengan yang seperti ini.” pikir sebagian orang. Tapi tahukah Anda bahwa seringkali orang yang paling tampak bahagia adalah orang yang memiliki keinginan paling sedikit. Coba saja searching seperti apa rumah yang dimiliki seorang Warren Buffet. Di samping keinginan atau ambisi yang sedikit, mereka tetap memiliki keterampilan dan motivasi yang begitu besar.
Ingin tahu kenapa? Karena mereka sudah merasa bahagia, mereka baik-baik saja dengan atau tanpa ambisi itu. Mereka sudah merasa ‘cukup’. Kepemilikan itu, pada prinsipnya adalah karena kebutuhan. Bukan karena keinginan yang tiada habisnya. Merasa cukup bukan berarti berhenti berusaha, hanya saja memiliki pemahaman yang lebih bijak tentang apa yang sebenarnya ingin diraih dalam hidup ini.
Orang yang memiliki pengaruh, peran, dan manfaat besar di lingkungan tidak harus memiliki harta paling banyak. Tapi kita akan selalu kembali ke prinsip ini: kekayaan bukan diukur dari banyaknya kemewahan duniawi, melainkan hati yang selalu merasa cukup.