Apakah Anda sudah merasa tenang dan cukup dengan apa yang Anda miliki? Lalu bagaimana menurut Anda tentang sikap banyak memberi pada sesama?
Dalam kehidupan sehari-hari, cukup banyak kita menemukan orang-orang yang berprinsip seperti ini;
- Harus punya sesuatu yang banyak dulu untuk berbagi dengan orang lain,
- Melakukan sesuatu kalau ada imbalannya,
- Menuntut semua hak tapi tidak menyempurnakan kewajiban,
Dan beberapa pemikiran yang serupa dengan itu. Memberi dalam hal ini tidak selalu bersifat materi atau harta benda semata, tapi juga memberi sesuatu hal lain seperti waktu, tenaga, atau bahkan berbagi tips dan pengalaman.
Coba kita mulai dengan pertanyaan mendasar yang meskipun terdengar sangat klise, tapi penting untuk sama-sama dipahami. “Apakah kita harus kaya dulu untuk memberi sedekah?” lalu “Bagaimana cara memberi kalau kita tidak ‘menerima’?
Memberi dan Menerima
Konsep memberi dan menerima (give and take) sebenarnya sangat mendasar sepanjang hidup manusia. Atau barangkali anda lebih familiar dengan take and give, yang kemudian dipahami sebagai urutan yang kita inginkan: mengambil atau menerima dulu, baru kemudian memberi.
Secara logika, ketika seseorang memberi suatu hal, itu bisa membuat apa yang dimiliki menjadi berkurang. Tapi, logika juga yang ‘berkata’ bahwa ketika kita memberi sesuatu pada yang membutuhkan, kita ikut melancarkan proses sirkulasi kehidupan. Dalam arti lebih sederhana, ketika kita memberi sesuatu ke orang atau kelompok yang sedang melakukan proses kebaikan, maka kebaikan itu akan memantul pada yang memberi. Dilihat dengan attitude spiritual, mestinya dalam memberi sesuatu, tidak perlu mengharap balasan. Biarkan hukum alam yang sejalan dengan kehendak Sang Pencipta yang bekerja.
Efek Positif dari Banyak Memberi
Efek dari apa yang kita berikan itu bentuknya bisa beragam, bisa hadir dengan bentuk yang sama, atau menjelma menjadi bentuk lain yang lebih baik dan lebih besar nilainya.
Penelitian Jorge Moll dari National Institute of Health mengungkap bahwa aktivtas memberi mengaktifkan daerah otak yang berhubungan dengan kesenangan, kepercayaan, dan hubungan sosial. Para peneliti itu juga menyatakan bahwa sikap altruis bisa melepaskan endorfin di otak dan menghasikan perasaan positif.
Balasan untuk orang yang suka memberi, seringkali terjadi dengan ‘mekanisme’ yang tidak kita sadari, sulit ditebak, atau kalau dalam bahasa kitab suci: datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Dengan memiliki mindset yang mendorong untuk banyak memberi, mudah-mudahan kita merasa tenang dan berkecukupan.