Ketika seseorang mulai menjalankan bisnis bersama pasangan, tentunya ada suatu tujuan yang akan mereka capai, seperti halnya dalam membangun rumah tangga. Akan tetapi bisnis bersama pasangan tidaklah mudah. Perbedaan pendapat antara suami dengan istri pasti akan sering dirasakan oleh masing-masing pasangan.
Sehingga akan mengakibatkan ketidak selarasan dalam bisnis yang mereka jalankan.
Terlebih soal keuangan dan dalam mengambil keputusan yang akan mengakibatkan ketidak harmonisan dalam rumah tangga. Bagaimana saat harus menjadikan partner hidup sebagai partner bisnis? Begini tipsnya.
Bersikap Profesional dan Terencana
Bagaimanapun, bisnis dan rumah tangga adalah urusan yang berbeda. Tidak masalah ketika harus mulai dari nol. Yang terpenting, untuk bisa membuat bisnis jangka panjang, miliki visi yang tersusun hingga beberapa tahun ke depan.
Berbagi tugas
Mengapa harus berbagi tugas? Karena memang pasangan adalah individu yang berbeda. Beda kemampuan, beda latar belakang, dan cara kerja yang mungkin juga tidak sama. Tapi ketika ssudah berkomitmen kerjasama serta mengembangkan bisnis bersama pasangan, pastikan melakukan peran masing-masing sesuai dengan visi yang sudah dibuat sejak awal. Contohnya suami fokus pada marketing dan istri merapikan segala sesuatu yang bersifat administratif.
Terbuka dengan Kritik
Dalam perjalanan menjalankan bisnis bersama pasangan, sering kali terjadi perbedaan pendapat yang berujung pada perdebatan. Tapi dari sanalah pasangan bisa belajar memahami satu sama lain. Perbedaan pendapat itu sebenarnya wajar untuk perbaikan bersama. Itulah mengapa masing-masing harus terbuka dengan kritik.
Pada titik tertentu, antar individu bisa memahami, bahwa memberi dan menerima kritik dari pasangan dapat membuat berkembang dan menghasilkan sesuatu yang lebih berkualitas. Jangan takut dengan masa-masa sulit yang akan dilewati, karena itu justru bisa jadi bekal pengalaman tersendiri untuk menguatkan hubungan sebagai suami istri sekaligus tim dalam berbisnis.
Jangan Sampai Mengorbankan Quality Time
Bisnis ini seharusnya bisa menjadi sarana positif untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi. Sebisa mungkin sejak awal terbiasa dengan ritme yang ada. Sambil mencoba peluang dan tantangan yang baru, pastikan untuk tidak mengorbankan quality time yang berharga, apalagi dengan anak-anak.