Di beberapa negara, riset membuktikan bahwa manusia modern mulai peduli pada kebutuhan-kebutuhan personal, seperti kesehatan dan hubungan dalam keluarga. Ketika kebutuhan pokok sudah bisa terpenuhi dengan baik, uang bukanlah semata-mata tujuan manusia bekerja.
Hal ini dapat dibuktikan menurut hasil penelitian Richard Easterlin, seorang ahli ekonomi dari University of Southern California, uang bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan kebahagiaan di tempat kerja. “Gaji berpengaruh pada tingkat kebahagiaan seseorang.
Tapi, untuk jangka waktu yang lama, kenaikan gaji tidak selalu sebanding dengan kenaikan level kebahagiaan,” ungkap Easterlin.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Nattavudh Powdthavee, di tahun 2007 juga menghasilkan kesimpulan serupa. Bertemu teman, saudara, dan tetangga menimbulkan rasa bahagia yang hampir sama ketika mendapat kenaikan gaji. Selain aktivitas tersebut di atas, menikah dan tinggal bersama pasangan juga mempengaruhi kebahagiaan seseorang.
Bijaklah Mengelola Uang
Walaupun semua orang memang tidak bisa menghindari kebutuhan akan uang, tapi kita bisa saksikan sendiri kalau tidak dikelola dengan tepat, uang bisa menjadi sumber malapetaka, dan bukan sumber daya untuk memperkaya makna hidup.
Alangkah lebih bijak kalau seseorang mendahulukan nilai-nilai (values) kehidupan sebelum terlalu kuat digerakkan oleh motivasi untuk punya banyak uang. Banyak orang tidak bisa membayangkan untuk apa uang milyaran atau triliunan dimiliki dan bagaimana jumlah sebanyak itu dibelanjakan. Seorang yang punya value, tentu akan berpikir bagaimana menyalurkan akan dipakai untuk aktivitas positif seperti apa.
Anda Mencemaskan Apa?
Kalau pada saat berkekurangan kita mencemaskan ‘besok mau makan apa?’, maka pada waktu berkecukupan, seseorang bisa menyatakan kecemasannya dalam kalimat: ‘bagaimana kalau uang saya hilang?’ Terlepas dari kebutuhan orang untuk memenuhi rasa amannya melalui pemilikan rumah atau kendaraan pribadi untuk mendukung aktivitas sehari harinya, yang tidak kalah penting ialah merancang kualitas perbaikan kualitas hidup dan memperkuat values di dalamnya.
“Belajar yang rajin ya, nak, supaya kelak jadi orang,” kata orang tua kita dulu. Istilah ‘jadi orang’ yang sering digunakan oleh orang-orang tua kita dulu sebetulnya mengandung makna yang dalam. Anda mungkin sudah tahu kalau ‘jadi orang’ adalah keadaan di mana seseorang berhasil mencapai cita-citanya dan berhasil menebar manfaat seluas-luasnya.
Orang bisa dikatakan sukses dan ‘jadi orang’ bila ia jelas-jelas menyadari dan menggunakan semua fungsi dan kapasitas dalam dirinya untuk kebaikan orang lain dan masyarakat, bukan semata untuk kepentingan dirinya pribadi. Jadi guru yang hidup sederhana pun sudah ‘jadi orang’, ketika ada murid-muridnya yang lebih sukses dari dirinya.
Jadi kepala daerah tentu juga bisa disebut ‘jadi orang’ ketika dapat melayani masyarakatnya sebaik-baiknya. Kaya saja belum tentu sukses, begitu juga sebaliknya. Intinya, ketika kebutuhan pokok sudah bisa terpenuhi dengan baik, uang bukanlah semata-mata tujuan manusia bekerja.