Ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya…
Dari laman web Open Learn milik The Open University, Dr. Gini Harrison bersama Dr. Mathijs Lucassen menyebutkan bahwa stress dan kecemasan memang menjadi ‘sisi gelap’ teknologi. Mereka menyebutkan penyebab stres dan kecemasan yang muncul sebagai dampak interaksi manusia dengan teknologi, khususnya perkembangan media sosial.
Distraksi, waktu tidur tidak teratur, belum seimbang antara kerja dan kehidupan pribadi, ketakutan tertinggal dan terlihat kurang update, serta kecemburuan sosial merupakan hal-hal yang menurut Harrison dan Lucassen dapat memicu stres dan kecemasan.
Mengembalikan Energi Positif dalam Diri
Internet menjadi dunia baru seperti hutan belantara yang dipenuhi keramaian semu. Di keramaian semu itu, ada orang-orang yang cenderung menceritakan apa saja yang dipikirkan ke orang lain melalui media sosial, entah itu berfaedah atau tidak untuk yang melihat. Berita yang tidak jelas kebenarannya pun berseliweran di mana-mana. Apakah efeknya selalu positif? Tentu saja belum tentu.
Lalu bagaimana cara mengembalikan energi positif dalam diri di tengah serbuan informasi yang begitu derasnya? Tentunya ada beberapa kiat yang perlu diambil seperti menyeleksi konten apa saja yang perlu diakses di internet. Atau bisa juga dengan puasa media sosial. Membuka internet atau bahkan menggunakan gadget untuk hal yang urgen saja.
Saat Pilihan Ada di Ujung Jari Kita
Kita sama-sama tahu kalau orang bisa menebar inspirasi melalui foto, video, atau tulisan yang mengajak orang untuk berbuat kebaikan melalui internet, khususnya di akun media sosialnya. Apalagi kalau dirinya adalah sosok influencer dengan banyak pengikut.
Tapi kita juga tahu bahwa di sana ada juga yang menyebar hoax karena tidak tahu, atau tidak mau tahu. Sementara orang lainnya terpapar informasi tidak selalu sempat menyaringnya.
Sesekali menjauh dari hiruk pikuk yang melenakan. Mengambil jeda dari keramaian linimasa untuk melihat dunia secara langsung, bukan dari layar. Lebih banyak membaca, menulis, menyaring pemikiran, dan menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang butuh konsentrasi ekstra.
Yang pasti, jangan sampai media sosial yang mendekatkan yang jauh justru menjauhkan yang dekat. Pada akhirnya, pilihan ada di ujung jari tangan kita.